MATERI KULIAH


PENGEMBANGAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA ANAK USIA DINI

Oleh:
Elis Komalasari & Siti Khodijah

A.    Definisi Kecerdasan
Sebelum dapat memahami dan mengimplikasikan kecerdasan jamak pada pendidikan anak usia dini khususnya kecerdasan naturalistik, maka kita berawal dari pemahaman terhadap kecerdasan. Beberapa definisi dari kecerdasan adalah menurut Santrock (2007): “Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi serta belajar dari pengalaman”. Sedangkan menurut Gardner (dalam Sujiono (2012): “Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat”.
Berdasarkan dua definisi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah modal dasar yang dimiliki manusia dalam proses belajar untuk dapat berpikir, beradaptasi, memecahkan masalah dan menciptakan sesuatu. Berbeda dengan kognitif yang merupakan proses yang dialami otak dalam mengamati dan memahami suatu objek. Dengan demikian perkembangan kognitif merupakan proses yang terjadi di dalam otak dalam pembentukan skema pemahaman mengenai sesuatu. Menurut piaget anak membangun pemahaman terhadap sesuatu melalui proses organisasi pengetahuan yang telah diketahui dengan pengetahuan yang baru yang kemudian mengalami asimilasi dan akomodasi sehingga tumbuh pemahaman baru (Santrock, 2007 : 244)
Dengan demikian pada anak usia dini kecerdasan diasah dan dioptimalkan melalui rangsangan dan pembiasaan yang diberikan dalam pembelajaran. Sehingga modal dasar anak untuk dapat beradaptasi dan belajar mandiri dalam memecahkan masalah dapat digali dan dikembangkan sesuai dengan kecenderungan minat yang dimiliki anak. Hal ini tentu saja sangat penting bagi kehidupannya kelak.
Kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara langsung karena kecerdasan berhubungan dengan otak. Dengan demikian tidak mungkin dapat mengukur dan melihat secara langsung kondisi otak manusia. Akan tetapi evaluasi terhadap kecerdasan seseorang dapat dilihat, dipelajari dan dibandingkan dari hasil tindakan kecerdasan yang dilakukan oleh masing-masing individu.
Kecerdasan berbeda dengan inteligensi. Perbedaannya yaitu bahwa inteligensi merupakan bentuk pasif dari kecerdasan dan berhubungan dengan kognitif (proses berpikir) yaitu kemampuan untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Sedangkan kecerdasan itu sendiri adalah bentuk aktif yaitu berupa perwujudan dari potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku.Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi dan terwujud atau tidaknya tergantung faktor lingkugan dan kesempatan yang diberikan pada anak untuk mendapatkan rangsangan dan latihan.

B.     Perkembangan Otak
Otak disusun oleh 100 miliar sel-sel otak (neuron) dan 100 trilyun sel pendukung (sel glia) membentuk gumpalan-gumpalan otak (Pasiak, 2006 :73). Kemudian sel-sel tersebut akan membentuk sambungan ketika seseorang mendapat informasi baru. Sel-sel otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia dan perkembangan paling pesat terjadi pada masa awal kehidupan. Berbagai pengalaman dan rangsangan melalui panca indera akan memperbanyak sambungan antar sel di dalam otak. Sebaliknya ketika sel otak tidak mendapatkan latihan dan rangsangan maka secara perlahan akan dimusnahkan (Sujiono, 2012 : 179).
Sejak fase konsepsi, pembentukan potensi bawaan janin diturunkan secara genetis dari orang tua. Potensi tersebut diwariskan tidak hanya aspek fisik akan tetapi juga aspek psikis. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan otak, potensi bawaan pun ikut berkembang. Pada permulaan kehidupan anak, otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Memperkaya lingkungan belajar dapat memberikan peluang anak untuk dapat mengekspresikan dan menggali potensi unggul yang tersembunyi dalam diri anak. Paradigma baru pendidikan anak usia dini haruslah berorientasi pada anak dengan pendekatan student centered.  
Pengetahuan tentang otak tidak hanya penting untuk proses pembelajaran tetapi juga dalam proses pendidikan secara keseluruhan termasuk pada usia dini. Hal ini berkaitan dengan upaya guru maupun orang tua untuk dapat mengoptimalkan potensi otak dan potensi bakat alami anak karena otak merupakan komponen yang mendasari proses belajar dan memahami sesuatu. Pasiak dalam bukunya menuliskan sepuluh hukum dasar otak yaitu 1) keunikan, 2) kekhususan, 3) sinergisitas, 4) hemisferik dan dominasi, 5) verba-grafis, 6) imajinasi dan fakta, 7) plastisitas sel saraf, 8) kerja serempak, 9) simbiosis rasioemosi-spiritualitas dan 10) otak lelaki-otak perempuan.
Prinsip keunikan otak menyebabkan tidak ada teknik belajar yang baku dan tunggal untuk semua orang. Masing-masing orang memiliki keunikan baik dari sisi emosi, pola berpikir, berbuat, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor genetis yang tidak dapat berubah meski mendapat perlakuan dan rangsangan yang sama. Prinsip kekhususan otak menunjukkan bahwa setiap orang memiliki keunggulan yang khas. Hal ini berkaitan dengan kemampuan khusus yang dimiliki setiap orang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena kekhususan genetik yang dimiliki seseorang berkaitan dengan bakat atau kecenderungan otak.
Prinsip sinergisitas otak menyebabkan otak lebih cepat menangkap informasi melalui rangsangan pada beberapa organ tubuh secara sekaligus”. Maksudnya yaitu ketika informasi tentang sesuatu diberikan pada anak dengan melibatkan dua atau lebih organ tubuh maka otak akan lebih cepat menangkap informasi tersebut. Prinsip hemisferik dan dominasi otak menunjukkan bahwa setiap orang memiliki tipe berpikir yang unik yang menggunakan belahan otak tertentu. Otak terbagi dalam dua belahan otak (hemisfer) yang memiliki cara berbeda dalam memproses informasi. Setiap orang memiliki kecenderungan memakai satu belahan otak. Setiap orang memiliki cara dan gaya tersendiri dalam belajar dan memecahkan masalah tergantung belahan otak mana yang cenderung dipakai.
Prinsip verba-grafis menunjukkan bahwa jika seluruh bagian otak dapat dirangsang untuk bekerja secara serempak, pencerapan informasi akan menjadi lebih efektif. Memori akan tertata dengan baik, efektif dan efisien jika diformulasikan dalam bentuk kata dan gambar. Prinsip imajinasi dan fakta dapat merangsang kerja otak dengan cara yang sama. Imajinasi yang diarahkan pada suatu masalah akan memberikan jalan keluar. Dalam pembelajaran, penggunaan analogi, metafora atau cerita akan memudahkan transfer informasi. Rasio dan emosi menjadi penopang utama spiritualitas manusia. Jika seluruh bagian otak dapat dirangsang untuk bekerja secara serempak, pencerapan informasi akan menjadi lebih efektif. Dalam belajar, perempuan dan lelaki memiliki learning dan thinking style yang berbeda.

C.    Kecerdasan Jamak
Howard Gardner pada tahun 1983 (Wortham, 2006) menggambarkan intellegensi  ke dalam tujuh jenis, antara lain: keterampilan verbal, keterampilan matematika, kemampuan spasial, keterampilan gerak, keterampilan memahami  orang lan, keterampilan memahami diri sendiri, dan keterampilan musik. Baru-baru ini, ia menambahkan kecerdasan naturalistik sehingga menjadi delapan kecerdasan. Gardner meyakini  bahwa masing-masing anak memiliki kekuatan  dalam intelegensi.
Howard Gardner (2013) melalui teori kecerdasan majemuk meyakini bahwa kompetensi kognitif  (belajar, memahami) manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau keterampilan mental, yang disebut kecerdasan. Semua individu normal mempunyai masing-masing keterampilan ini sampai jumlah tertentu dan dalam sifat kombinasinya. Gardner memiliki tujuan bahwa sangat penting untuk guru memahami perbedaan individual pada anak. guru dapat membimbing pikiran anak dengan baik. Pemahaman mengenai kecerdasan sebaiknya dihubungkan dengan kurikulum yang terfokus pada pemahaman dimana anak mampu mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam situasi yang baru. Adapun delapan jenis kecerdasan menurut teori kecerdasan jamak, sebagai berikut:
1.      Kecerdasan bahasa adalah kapasitas untuk menggunakan bahasa, bahasa asing dan bahasa lainnya, untuk mengekspresikan apa yang ada dipikiran dan untuk memahami orang lain. Puisi merupakan kecerdasan linguistik namun banyak penulis, orator, pembicara, pengacara dan seseorang yang menggunakan bahsa sebagai suatu yang sangat penting dalam kecerdasan linguistik.
2.      Orang dengan pengembangan kecerdasan matematika-logika yang tinggi memahami prinsip sebab-akibat, cara seorang saintis; dapat memanipulasi angka, kuantitas dan operasi bilangan, cara-cara yang dipergunakan dalam matematika
3.      Kecerdasan spasial berkaitan dengan kemampuan untuk merepresentasikan ruang di lingkungan sekitar dalam pikirannya, kecerdasan spasial dapat digunakan alam seni atau dalam arsitektur.
4.      Kecerdasan bodi kinestetik merupakan kapasitas untuk menggunakan anggota tubuh- tangan, jari, lengan- untuk memecahkan masalah, membuat sesuatu, atau membuat produk.
5.      Kecerdasan musik adalah kapasitas untuk berpikir mengenai musik, mampu mendengar pola, mengelola dan mengingatnya, serta memungkinkan untuk memanipulasi. Orang yang memiliki kecerdasan musik yang kuat tidak hanya mengingat musik dengan mudah, mereka tidak bisa menghilangkannya dalam pikiran.
6.      Kecerdasan interpersonal adalah memahami orang lain. Ini merupakan sebuah kemampuan yang kita semua butuhkan. Tapi sangat penting untuk guru, ahli klinik, sales, atau politisi. Setiap orang yang berhadapan dengan orang lain harus terampil dalam hubungan interpersonal. Hamzah & Masri (2010) mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal atau kecerdasan membina hubungan adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas.
7.      Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan kemampuan memahami diri sendiri, mengetahui siapa diri, apa yang bisa dilakukan, apa yang diinginkan dan bagaimana bereaksi terhadap sesuatu. Kita menggambarkan orang yang memiliki pemahaman yang baik mengenai dirinya karena orang-orang tersebut cenderung tidak mengacaukan.  Mereka cenderung untuk mengetahui apa yang bisa mereka lakukan dan yang tidak bisa mereka lakukan, dan mereka cenderung untuk mengetahui kemana mereka pergi jika mereka butuh bantuan
8.      Kecerdasan naturalistik menunjuk kemampuan manusia untuk membandakan antara makhluk hidup (tumbuhan, binatang) serta kepekaan terhadap segala sesuatu dari alam (awan, konfigurasi batu). Kemampuan ini jelas nilainya dalam evolusi kita sebagai pemburu, pengumpul, dan faremers: terus menjadi sentral dalam peran seperti botani atau koki. saya juga berspekulasi bahwa banyak masyarakat pelanggan kami memanfaatkan kecerdasan naturalis, yang dapat dimobilisasi dalam membedakan antara mobil, sepatu, jenis make up, dan sejenisnya. jenis pengenalan pola dinilai dalam beberapa ilmu juga dapat memanfaatkan kecerdasan naturalis.


  
Melewati rentangan waktu, jenis kecerdasan bertambah dengan jenis kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshall (Yuliani & Bambang, 2010) beranggapan bahwa kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang labih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Berhubungan dengan kecerdasan spiritual bagi anak usia dini, Gutama dalam Yuliani & Bambang (2010:63) menuliskan bahwa “kecerdasan spiritual adalah ekspresi pemikiran yang muncul dari dalam kalbu seseorang. Bagi anak, kesadaran ini memacu mereka untuk menemukan dan mengembangkan bakat bawaan, energi, dan hasratnya serta sebagai sumber motivasi yang memiliki kekuatan luar biasa”
Gardner (Santrock, 2007) mengungkapkan bahwa terdapat banyak cara belajar dan kecenderungan intelligensi anak untuk dapat mempelajari suatu keterampilan atau konsep. Menurut Sabri (dalam Sujiono, 2012) : “Tujuan penting dalam mengetahui berbagai aspek yang terdapat dalam kecerdasan jamak adalah diharapkan para pendidik dapat memperlakukan anak sesuai dengan cara-cara dan gaya belajarnya masing-masing”. Pemahaman tentang kecerdasan jamak dapat membantu pendidik dan orang tua untuk menuntun anak terutama dalam mengajari anak sesuai dengan cara yang paling mudah menurut minat dan kecenderungan potensi kecerdasan anak.

D.    Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini
Gardner & Krechevsky (2013) dalam tulisannya mengenai “Munculnya dan Pemeliharaan Kecerdasan Majemuk pada Masa Balita: Pendekatan Proyek Spektrum” mengemukakan bahwa kemungkinan bakat luar biasa anak-anak yang dapt dikenali di usia muda dan bahwa profil kemampuan yang ditunjukan oleh anak-anak prasekolah dapat dengan jelas dibedakan satu dari yang lain. Gardner, dkk mengungkapkan beberapa hasil temuan mengenai implikasi pendidikan dan pendekatan spectrum untuk penilaian yang menyebutkan bahwa kemampuan orang belajar dan syaraf menawarkan dukungan baru untuk pandangan majemuk mengenai kemampuan orang belajar dan menyarankan  bahwa pikiran diorganisasikan  dalam wilayah fungsi yang secara relatif terpisah.
Menurut Gardner (2013) kecerdasan didasarkan paling sedikitnya dari potensi biologis, yang kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Pada bayi, kecerdasan tidak pernah dijumpai dalam bentuk murni. Sebaliknya, kecerdasan tertanam  dalam berbagai sistem simbol, seperti bahasa yang dipakai untuk berbicara. Pendidikan pada suatu saat mewakili pemeliharaan kecerdasan seperti yang telah diwakili sepanjang waktu dalam berbagai sistem mode budaya.
Proyek spektrum, suatu usaha inovatif untuk mengukur profil kecerdasan dan gaya bekerja pada anak-anak dilaksanakan oleh beberapa orang peneliti termasuk didalamnya adalah Howard Gardner. Spektrum mulai dengan asumsi bahwa setiap anak mempunyai potensi untuk mengembangkan kekuatan dalam satu atau beberapa area. Fokus proyek ini pada anak-anak prasekolah mempunyai dorongan ilmiah dan praktis. Dalam proyek ini, Gardner, dkk  mencoba untuk melakukan deteksi dan perkiraan nilai dari identifikasi awal mengenai perbedaan individual dengan tujuh kecerdasan. Dalam ruang Spectrum, setiap hari anak-anak dikelilingi oleh material yang kaya dan melibatkan aktivitasnya yang membangkitkan sejumlah kecerdasan. Gardner, dkk tidak menggunakan label untuk meransang kecerdasan secara langsung, misalnya “ruang” atau “logika-matematika”. Sebaliknya, Gardner, dkk menggunakan material yang mempunyai peran sosial atau status akhir yang dihargai, menggunakan kombinasi kecerdasan yang relevan. Gardner, dkk menyiapkan beragam area, antara lain:
1.      Sudut ilmu pengetahuan
Tempat berbagai spesimen biologi dibawa untuk diteliti dan dibandingkan dengan material lain, area ini menuntut kemampuan indera dan juga kekuatan analitik logika
2.      Sudut bercerita
Tempat siswa menceritakan dongeng khayalan menggunakan perangkat peralatan sandiwara yang membangkitkan ingatan mereka, mempunyai peluang untuk mendesain rangkaian gambar yang bercerita, area ini membangkitkan bakat linguistik, dramatik dan khayalan.
3.      Sudut bangunan
Tempat siswa dapat membangun model dari ruang kelas dan memanipulasi foto berukuran kecil dari siswa dan guru dalam ruang; area ini menggunakan kecerdasan ruang, gerakan badan dan pribadi.
Adapun berbagai kecerdasan lain, dan kombinasi kecerdasan disadap dalam puluhan area dan aktivitas ruang kelas spectrum lainnya. Pada umumnya, anak-anak siap melakukan eksplorasi pada sebagian besar area dan anak-anak yang tidak menunjukan ketertarikannya didorong untuk mencoba material atau pendekatan alternatif. Guru siap mengamati ketertarikan dan bakat anak selama kurun waktu setahun, dan tidak ada penilaian khusus yanng diperlukan. Namun untuk bidang pemikiran dan kerajinan tangan, kelas spectrum menyediakan permainan atau aktifitas spesifik yang memungkinkan penetapan kecerdasan anak secara tepat di area tersebut.

E.     Strategi Pembelajaran dalam Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Jasmine (Yuliani, 2011:185) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan jamak dalam pendidikan anak usia dini sangat penting terutama untuk mengenali perbedaan individu anak didik. Implikasi teori kecerdasan jamak dalam pembelajaran adalah bahwa pengajar perlu mengenali modalitas kecerdasan yang dimiliki tiap-tiap anak. Sehingga dengan strategi dan pendekatan yang bervariasi maka diharapkan anak dapat tergali modalitas yang menjadi gaya dan cara belajar anak sehingga minat dan bakat anak dapat dikenali sejak dini. Model pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan cara dan gaya belajar anak sehingga anak merasa senang dan nyaman dalam belajar. Hal ini dapat membantu anak mengenali diri dan kecenderungannya sehingga modalitas minat anak dapat berkembang secara optimal. Hal ini dapat pula membantu orang tua dalam mengarahkan anak khususnya dalam meraih cita-cita anak sesuai dengan minatnya.
Yuliani (2011:83) mengungkapkan bahwa pengembangan kegiatan belajar yang bernuansakan kecerdasan jamak akan menjadi lebih indah dan harmonis apabila guru memiliki motivasi dan kreativitas dalam mengorkestrasikan pembelajarannya dengan cara yang ditawarkan Quantum Teaching, yaitu : “membawa dunia anak ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka, sehingga akan menjadi dunia kita bersama”.
Multiple intelligence adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda yang konkret maupun hal-hal yang abstrak. Bagi Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi kecerdasan anak, orangtua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat merancang sebuah metode khusus.
Beberapa materi program yang dapat mengembangkan kecerdasan majemuk akan dipaparkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 1
Kegiatan Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Jenis Kecerdasan
Materi dan Kegiatan
Kecerdasan Linguistik
  • ·         Mengajak anak berbicara
  • ·         Membacakan cerita
  • ·         Bermain huruf
  • ·         Merangkai cerita
  • ·         Berdiskusi dan bercakap-cakap
  • ·         Bermain peran
  • ·         Memperdengarkan lagu anak-anak

Kecerdasan Logika-Matematika
  • ·         Bermain puzzle
  • ·         Mengenal bentuk geometri
  • ·         Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu
  • ·         Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
  • ·         Pengenalan pola
  • ·         Eksperimen di alam
  • ·         Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika
  • ·         Games penuh strategi dan eksperimen

Kecerdasan Fisik-Kinestetik
  • ·         Menari
  • ·         Bermain peran
  • ·         Drama
  • ·         Latihan fisik
  • ·         Pantomim
  • ·         Berbagai olah gerak

Kecerdasan Visual Spasial
  • ·         Menggambar dan melukis
  • ·         Mencorat-coret
  • ·         Membuat prakarya
  • ·         Mengunjungi berbagai tempat
  • ·         Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
  • ·         Menagtur dan merancang

Kecerdasan Intrapersonal
  • ·         Menciptakan citra diri positif
  • ·         Menciptakan suasana yang mendukung pengembangan kemampuan interpersonal dan penghargaan diri anak
  • ·         Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
  • ·         Memberikan kesempatan menggambar diri sendiri dari sudut pandang anak
  • ·         Membayangkan diri di masa datang
  • ·         Mengajak berimajinasi jadi satu tokoh dalam cerita

Kecerdasan Interpersonal
  • ·         Memimpin
  • ·         Mengorganisasi
  • ·         Berinteraksi
  • ·         Berbagi
  • ·         Menyayangi
  • ·         Berbicara
  • ·         Sosialisasi
  • ·         Menjadi pendamai
  • ·         Permainan kelompok
  • ·         Klub
  • ·         Teman-teman
  • ·         Kelompok, dan
  • ·         Kerja sama

Kecerdasan Musikal
  • ·         Memberi kesempatan pada anak untuk memainkan alat musik dan bernyanyi
  • ·         Mengembangkan pemahaman anak tenatng musik
  • ·         Memberikan stimulus-stimulus ringan pada anak agar lebih termotivasi pada bidang musik
  • ·         Memberikan pengalaman empiris yang praktis, seperti memberikan penghargaan terhadap karya anak, misalnya membuat pentas seni.

Kecerdasan Natural
  • ·         Melakukan kegiatan sains permulaan, ilmu botani, gejala-gejala alam atau hubunagn antara benda-benda hidup dan tak hidup yang ada di lingkungan sekitar
  • ·         Karya wisata ke kebun binatang
  • ·         Jalan-jalan di alam terbuka
  • ·         Melihat keluar jendela
  • ·         Tanaman sebagai dekorasi
  • ·         Ekostudi, ekologi yang diintegrasikan ke dalam setiap bagian pelajaran di sekolah

Kecerdasan Spiritual
  • ·         Mengajarkan doa atau puji-pujian kepada Sang Pencipta
  • ·         Membiasakan diri untuk bersikap sesuai ajaran agama, seperti memberi salam, mengikuti tata cara ibadah sesuai dengan agama yang dianut, mengembangkan sikap dermawan, membangun sikap toleransi terhadap sesama
  • ·         Memberikan teladan yang baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan, melalui serita atau dongeng
  • ·         Mengamati berbagai buki kebesaran Sang Pencipta

Sumber: Yuliani Nurani Sujiono (2011:185-194)

       Referensi :

Hamzah, U dan Masri K. (2010). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Gardner, Howard. (2013). Multiple Intelligences. Terjemahan. Kecerdasan Majemuk. Alih bahasa : Alexander Sindoro.  Tangerang: Interaksara

Pasiak, T. (2006). Manajemen Kecerdasan. Memberdayakan IQ, EQ dan SQ untuk Kesuksesan Hidup. Bandung : PT. Mizan Pustaka

Santrock, J. W. (2007). Child Development 4th ed. Terjemahan. Perkembangan Anak. Alih bahasa : Mila Rachmawati & Anna Kuswanti. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Wortham, Sue C. (2006). Early Childhood Curriculum.  Ohio : Pearson Prentice Hall

Yuliani, S dan Bambang, S. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT.Indeks

Yuliani, N.S . (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Indeks


Tidak ada komentar:

Posting Komentar