Minggu, 13 Oktober 2013

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN AHLI AGAMA

Oleh: Elis Komalasari

Pendidikan anak usia dini merupakan langkah awal dari jalan panjang dalam menciptakan generasi unggul. Oleh karenanya pembahasan mengenai pendidikan anak telah menarik perhatian banyak penggiat pendidikan, tidak hanya dilihat dari sudut pandang pedagogis dan sosial, namun juga dari perspektif teologis.
Terkait dengan pandangan ahli pendidikan anak dari perspektif pedagogis-teologis islam, tidak terlepas dari nama-nama  besar Abdullah Nasih Ulwan, Ibn Qayyim Al Jauziyyah,  Ibnu Sina, AL Ghazali, Ibn Khaldun dan lain sebagainya. Namun dalam pembahasan ini akan diangkat dua pemikiran ahli yaitu Abdullah Nasih Ulwan, Ibn Qayyim Al Jauziyyah, yang pemikiran-pemikirannya telah mencakup pemikiran-pemikiran ahli lainnya mengenai pendidikan anak.

1.      Ibn Qayyim Al Jauziyyah
Ibn Qayyim Al Jauziyyah adalah seorang ahli fiqh yang memeiliki kepedulian besar terhadap perkembangan anak.  Ia juga banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan psikologi dan pendidikan.  Ibn Qayyim Al Jauziyyah  berpendapat  bahwa anak-anak itu suci, bersih dan keberadaannya diamanatkan oleh Allah Swt, anak-anak harus dididik dan diarahkan perkembangannya ke arah yang baik dan berguna bagi kehidupannya kelak.
Terdapat beberapa pandangan Ibn Qayyim terhadap anak dan pendidikan, sebagai berikut :
a.       anak adalah makhluk beradab dan berakhlak.  adab dan akhlak yang harus diperhatikan  dalam diri anak adalah adab kepribadian, adab mencari ilmu, dan adab dengan gurunya.
b.      Anak mememiliki tekad kuat untuk meraih kesempurnaan ilmu. Dalam hal ini anak harus dijaga dari perbuatan maksiat dan dijauhkan dari hal-hal yang haram sehingga anak mendapatkan kejernihan hati yang akan memudahkan cahaya ilmu untuk menyinari hati.
c.       Dalam konteks pendidikan anak usia dini, anak perlu mendapatkan bimbingan untuk berkompetisi dalam mencari ilmu dan secara bertahap mulai diperkenalkan beberapa sifat yang harus dihindari oleh anak-anak. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan memelihara potensi dan pola pikir anak yang sedang berkembang dengan pesat.
d.      Anak usia dini perlu ditanamkan kedisiplinan yang dimanifestasikan dalam kegiatan sehari-hari
e.       Anak-anak perlu diarahkan pada pembentukanpola pikir yang sehat dan berpandangan luas agar tidak fanatik terhadap salah satu pandangan.
f.       Ibn Qayyim Al Jauziyyah sangat menitikberatkan pembentukan akhlak yang luhur bagi anak-anak.
g.      Anak-anak harus dibiarkan untuk banyak bertanya karena kemampuan bertanya memiliki nilai ilmiah yang besar
h.      Ibn Qayyim Al Jauziyyah mengarahkan pendidikan anak usia dini pada komitmen guru dan orangtua untuk memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan anak.
i.        Tujuan pendidikan anak adalah menjaga (kesucian) fitrah anak dan melindungi anak agar tidak menyimpang serta mewujudkan sifat ubudiyah (penghambaan) dalam  diri anak kepada Allah Swt.
j.        Guru dan orangtua sangat penting untuk memperhatikan pendidikan anak dalam berbagai aspek sehingga anak menjadi pribadi yang baik dalam hal mental, intelektual dan spiritual.
k.      Metode pendidikan anak usia dini melalui pembiasaan dan suri tauladan.

2.      Abdullah Nasih Ulwan
Abdullah Nasih Ulwan adalah seorang filsuf dari timur.  Ia memiliki pemikiran pendidikan anak yang dirangkum ke dalam lima pokok pikiran, sebagai berikut:
a.       Mendidik dengan keteladanan (al tarbiyah bi al-qudwah)
Suyadi dan Ulfah (2013) berpendapat bahwa pengembangan metode keteladanan (al tarbiyah bi al-qudwah) dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh untuk mengembangkan kecerdasan anak baik emosional, moral, spiritual, dan etos sosialnya. Dalam bidang pendidikan, Abdullah Nasih Ulwan mengimplementasikan keteladan ke dalam pola-pola sebagai berikut:
1)      menumbuhkan teladan akhlak mulia anak
2)      menumbuhkan teladan kerendahan hati anak
3)      menumbuhkan teladan terhadap kekuatan fisik
4)      menumbuhkan teladan dalam memegang prinsip
b.      Mendidik dengan adat kebiasaan (al-tarbiyah bi al-‘adah)
Pembiasaan dalan pendidikan anak memiliki peranan untuk menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan jiwa dalam menemukan nilai-nilai ketauhidan yang urni, budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur, dan etika religius yang lurus. Dalam mendidik anak melalui kebiasaan terdapat dua faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. kedua lingkungan tersebut memiliki peran strategis untuk mengubah perilaku atau kepribadian anak. Adapun metode yang dapat mengembangkan kepribadian anak adalah dengan pengajaran dan pembiasaan.
c.       Mendidik dengan nasihat (al tarbiyah bi al-mau’idzhah)
Nasih ulwan mengemukakan bahwa metode nasihat (tausiah) dapat digunakan untuk mendidik akidah anak dan mempersiapkan anak baik secara moral, emosional maupun sosial. Ia berpandangan pahwa nasihat memiliki pengaruh yang besar dalam menumbuhkan kesadaran diri anak terhadap hal-hal yang dapat mendorong anak menuju harkat dan martabat yanng luhur, memiliki akhlak mulia serta tumbuhnya jiwa yang didasari dengan nilai-nilai islam.
Pandangan nasih ulwan ini mengacu pada surat Al Luqman, ayat 12-19 yang menceritakan pola pendidikan anak dengan nasihat. Metode nasihat dalam Al-Quran mengandung beberapa faktor pengajaran, antara lain:
1)      seruan untuk menyenangkan dengan upaya dan penolakan yang lembut
2)      nasihat dalam bentuk cerita atau perumpaan yang mengandung pelajaran
3)      nasihat dalam bentuk wasiat
d.      Pendidikan dengan pengawasan (al tarbiyah bi al-muldhazah)
Metode pengawasan adalah mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan anak dalam aspek akidah dan moral anak, memanatau kesiapan mental dan sosial anak serta mendampingi anak dalam berbagai situasi lingkungan sosialnya. Landasan pola pendidikan pengawasan ini adalah surat At-Tahrim ayat 6 yang menyatakan :
Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahannya terdiri dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengajarkan apa yang diperintahkan.
(Q.S. At Tharim: 6)

Metode pengawasan dapat mengembangkan kecerdasan anak menuju manusia yang sempurna (insan kamil). Selain itu, Rasulullah mengembangkan metode pengawasan dan perhatian terhadap anak-anak melalui beberapa hal, sebagai berikut:
1)      perhatian pada aspek keimanan anak
2)      perhatian pada aspek moral anak
3)      perhatian pada aspek jasmani anak
4)      perhatian pada aspek sosial anak
5)      perhatian pada aspek spiritual anak

e.       Metode pemberian hukuman (al tarbiyah bi al-uqubah)
Metode pemberian hukuman pada anak berbeda dengan pemberian hukuman pada orang-orang secara umumnya. Nasih Ulwan menjelaskan bahwa hukuman untuk anak bersifat memotivasi dalam mengembangkan potensi sehingga penerapan metode hukuman ini diperbolehkan dengan mengikuti beberapa syarat sebagai berikut:
1)      bersikap lemah lembut dan kasih sayang dalam membenahi kesalahan anak
2)      menerapkan hukuman secara bertahap dari yang ringan hingga yang paling keras
3)      menunjukan kesalahan anak dengan berbagai pengarahan
4)      menunjukan kesalahan anak dengan memberikan isyarat
5)      menunjukan eksalahan anak dengan kecaman
6)      tidak menunjukan kesalahan anak dengan memutuskan hubungan (tidak mengacuhkan)
7)      menunjukan kesalahan dengan memukul.

Referensi :
Suyadi & Ulfah Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar