PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN AHLI AGAMA
Oleh: Elis Komalasari
Oleh: Elis Komalasari
Pendidikan
anak usia dini merupakan langkah awal dari jalan panjang dalam menciptakan
generasi unggul. Oleh karenanya pembahasan mengenai pendidikan anak telah
menarik perhatian banyak penggiat pendidikan, tidak hanya dilihat dari sudut
pandang pedagogis dan sosial, namun juga dari perspektif teologis.
Terkait
dengan pandangan ahli pendidikan anak dari perspektif pedagogis-teologis islam,
tidak terlepas dari nama-nama besar
Abdullah Nasih Ulwan, Ibn Qayyim Al Jauziyyah,
Ibnu Sina, AL Ghazali, Ibn Khaldun dan lain sebagainya. Namun dalam
pembahasan ini akan diangkat dua pemikiran ahli yaitu Abdullah Nasih Ulwan, Ibn
Qayyim Al Jauziyyah, yang pemikiran-pemikirannya telah mencakup
pemikiran-pemikiran ahli lainnya mengenai pendidikan anak.
1.
Ibn Qayyim Al Jauziyyah
Ibn
Qayyim Al Jauziyyah adalah seorang ahli fiqh yang memeiliki kepedulian besar
terhadap perkembangan anak. Ia juga
banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan psikologi dan
pendidikan. Ibn Qayyim Al Jauziyyah berpendapat
bahwa anak-anak itu suci, bersih dan keberadaannya diamanatkan oleh
Allah Swt, anak-anak harus dididik dan diarahkan perkembangannya ke arah yang
baik dan berguna bagi kehidupannya kelak.
Terdapat
beberapa pandangan Ibn Qayyim terhadap anak dan pendidikan, sebagai berikut :
a.
anak
adalah makhluk beradab dan berakhlak.
adab dan akhlak yang harus diperhatikan
dalam diri anak adalah adab kepribadian, adab mencari ilmu, dan adab
dengan gurunya.
b.
Anak
mememiliki tekad kuat untuk meraih kesempurnaan ilmu. Dalam hal ini anak harus
dijaga dari perbuatan maksiat dan dijauhkan dari hal-hal yang haram sehingga
anak mendapatkan kejernihan hati yang akan memudahkan cahaya ilmu untuk
menyinari hati.
c.
Dalam
konteks pendidikan anak usia dini, anak perlu mendapatkan bimbingan untuk
berkompetisi dalam mencari ilmu dan secara bertahap mulai diperkenalkan
beberapa sifat yang harus dihindari oleh anak-anak. Hal ini bertujuan untuk
menjaga dan memelihara potensi dan pola pikir anak yang sedang berkembang
dengan pesat.
d.
Anak
usia dini perlu ditanamkan kedisiplinan yang dimanifestasikan dalam kegiatan
sehari-hari
e.
Anak-anak
perlu diarahkan pada pembentukanpola pikir yang sehat dan berpandangan luas
agar tidak fanatik terhadap salah satu pandangan.
f.
Ibn
Qayyim Al Jauziyyah sangat menitikberatkan pembentukan akhlak yang luhur bagi
anak-anak.
g.
Anak-anak
harus dibiarkan untuk banyak bertanya karena kemampuan bertanya memiliki nilai
ilmiah yang besar
h.
Ibn
Qayyim Al Jauziyyah mengarahkan pendidikan anak usia dini pada komitmen guru
dan orangtua untuk memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan anak.
i.
Tujuan
pendidikan anak adalah menjaga (kesucian) fitrah anak dan melindungi anak agar
tidak menyimpang serta mewujudkan sifat ubudiyah (penghambaan) dalam diri anak kepada Allah Swt.
j.
Guru
dan orangtua sangat penting untuk memperhatikan pendidikan anak dalam berbagai
aspek sehingga anak menjadi pribadi yang baik dalam hal mental, intelektual dan
spiritual.
k.
Metode
pendidikan anak usia dini melalui pembiasaan dan suri tauladan.
2.
Abdullah Nasih Ulwan
Abdullah
Nasih Ulwan adalah seorang filsuf dari timur.
Ia memiliki pemikiran pendidikan anak yang dirangkum ke dalam lima pokok
pikiran, sebagai berikut:
a.
Mendidik
dengan keteladanan (al tarbiyah bi al-qudwah)
Suyadi dan Ulfah (2013) berpendapat bahwa pengembangan metode
keteladanan (al tarbiyah bi al-qudwah) dalam pendidikan merupakan metode yang
paling berpengaruh untuk mengembangkan kecerdasan anak baik emosional, moral,
spiritual, dan etos sosialnya. Dalam bidang pendidikan, Abdullah Nasih Ulwan
mengimplementasikan keteladan ke dalam pola-pola sebagai berikut:
1)
menumbuhkan
teladan akhlak mulia anak
2)
menumbuhkan
teladan kerendahan hati anak
3)
menumbuhkan
teladan terhadap kekuatan fisik
4)
menumbuhkan
teladan dalam memegang prinsip
b.
Mendidik
dengan adat kebiasaan (al-tarbiyah bi al-‘adah)
Pembiasaan dalan pendidikan anak memiliki peranan untuk menumbuhkan
serta mengembangkan kecerdasan jiwa dalam menemukan nilai-nilai ketauhidan yang
urni, budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur, dan etika religius yang
lurus. Dalam mendidik anak melalui kebiasaan terdapat dua faktor yang
mempengaruhi yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. kedua lingkungan
tersebut memiliki peran strategis untuk mengubah perilaku atau kepribadian
anak. Adapun metode yang dapat mengembangkan kepribadian anak adalah dengan pengajaran
dan pembiasaan.
c.
Mendidik
dengan nasihat (al tarbiyah bi al-mau’idzhah)
Nasih ulwan mengemukakan bahwa metode nasihat (tausiah) dapat
digunakan untuk mendidik akidah anak dan mempersiapkan anak baik secara moral,
emosional maupun sosial. Ia berpandangan pahwa nasihat memiliki pengaruh yang
besar dalam menumbuhkan kesadaran diri anak terhadap hal-hal yang dapat
mendorong anak menuju harkat dan martabat yanng luhur, memiliki akhlak mulia
serta tumbuhnya jiwa yang didasari dengan nilai-nilai islam.
Pandangan nasih ulwan ini mengacu pada surat Al Luqman, ayat 12-19
yang menceritakan pola pendidikan anak dengan nasihat. Metode nasihat dalam
Al-Quran mengandung beberapa faktor pengajaran, antara lain:
1)
seruan
untuk menyenangkan dengan upaya dan penolakan yang lembut
2)
nasihat
dalam bentuk cerita atau perumpaan yang mengandung pelajaran
3)
nasihat
dalam bentuk wasiat
d.
Pendidikan
dengan pengawasan (al tarbiyah bi al-muldhazah)
Metode pengawasan adalah mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti
perkembangan anak dalam aspek akidah dan moral anak, memanatau kesiapan mental
dan sosial anak serta mendampingi anak dalam berbagai situasi lingkungan
sosialnya. Landasan pola pendidikan pengawasan ini adalah surat At-Tahrim ayat
6 yang menyatakan :
“Hai
orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahannya terdiri dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka
dan selalu mengajarkan apa yang diperintahkan.
(Q.S. At
Tharim: 6)
Metode pengawasan dapat mengembangkan kecerdasan anak menuju
manusia yang sempurna (insan kamil). Selain itu, Rasulullah mengembangkan
metode pengawasan dan perhatian terhadap anak-anak melalui beberapa hal,
sebagai berikut:
1)
perhatian
pada aspek keimanan anak
2)
perhatian
pada aspek moral anak
3)
perhatian
pada aspek jasmani anak
4)
perhatian
pada aspek sosial anak
5)
perhatian
pada aspek spiritual anak
e.
Metode
pemberian hukuman (al tarbiyah bi al-uqubah)
Metode pemberian hukuman pada anak berbeda dengan pemberian hukuman
pada orang-orang secara umumnya. Nasih Ulwan menjelaskan bahwa hukuman untuk
anak bersifat memotivasi dalam mengembangkan potensi sehingga penerapan metode
hukuman ini diperbolehkan dengan mengikuti beberapa syarat sebagai berikut:
1)
bersikap
lemah lembut dan kasih sayang dalam membenahi kesalahan anak
2)
menerapkan
hukuman secara bertahap dari yang ringan hingga yang paling keras
3)
menunjukan
kesalahan anak dengan berbagai pengarahan
4)
menunjukan
kesalahan anak dengan memberikan isyarat
5)
menunjukan
eksalahan anak dengan kecaman
6)
tidak
menunjukan kesalahan anak dengan memutuskan hubungan (tidak mengacuhkan)
7)
menunjukan
kesalahan dengan memukul.
Referensi :
Suyadi &
Ulfah Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar